Kisah 25 Nabi

  


Nabi Adam A.S

Biografi


Ādam hidup selama 930 tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM), sedangkan Hawa lahir ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat kisah Adam dalam beberapa surat, di antaranya Al-Baqarah :30-38 dan Al-A’raaf :11-25.

Menurut ajaran agama Abrahamik, anak-anak Adam dan Hawa dilahirkan secara kembar, yaitu, setiap bayi lelaki dilahirkan bersamaan dengan seorang bayi perempuan. Adam menikahkan anak lelakinya dengan anak gadisnya yang tidak sekembar dengannya.

Menurut Ibnu Humayd, Ibnu Ishaq, dan Salamah, anak-anak Adam adalah Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda, Sith dan Azura, Ashut dan saudara perempuannya, Ayad dan saudara perempuannya, Balagh dan saudara perempuannya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perempuannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara perempuannya, dan Baraq dan saudara perempuannya. Total keseluruhan anak Adam sejumlah 40.



Wujud Adam


Menurut hadits Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Adam memiliki postur badan dengan ketinggian 60hasta (kurang lebih 27,432 meter). Hadits mengenai ini pula ditemukan dalam riwayat Imam Muslim dan Imam Ahmad, namun dalam sanad yang berbeda.

Sosok Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi dan ia bukan makhluk purba. Ia berasal dari surga yang berperadaban maju. Turun ke muka bumi bisa sebagai makhluk asing dari sebuah peradaban yang jauh lebih maju dan cerdas, dari peradaban di bumi sampai kapanpun, oleh karena itulah Allah menunjuknya sebagai khalifah(pemimpin) di muka bumi.

Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk yang lain sebelumnya dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai dengan Surah Al Israa' 70, yang berbunyi:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

"...dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."— Al-Isra' 17:70

Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."— At-Tin 95:4

Menurut riwayat di dalam Al-Qur'an, ketika Nabi Adam as baru selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud kepadanya atas perintah Allah, lantaran kemuliaan dan kecerdasannya itu, menjadikannya makhluk yang punya derajat amat tinggi di tengah makhluk yang pernah ada. Sama sekali berbeda jauh dari gambaran manusia purba menurut Charles Darwin, yang digambarkan berjalan dengan empat kaki dan menjadi makhluk purba berpakaian seadanya.



Makhluk sebelum Adam


Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

"...dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya."— Al-Baqarah 2:30

Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di bumi, tetapi diturunkan dimuka bumi sebagai manusia dan diangkat (ditunjuk) Allah sebagai khalifah (pemimpin/pengganti/penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang sebelumnya sudah ada makhluk lain. Maka dengan kata lain adalah, Adam 'bukanlah makhluk berakal pertama' yang memimpin di bumi.

Dalam Al-Quran disebutkan tiga jenis makhluk berakal yang diciptakan Allah yaitu manusia, jin, dan malaikat. Manusia dan jin memiliki tujuan penciptaan yang sama oleh karena itu sama-sama memiliki akal yang dinamis dan nafsu namun hidup pada dimensi yang berbeda. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis dan tidak memiliki nafsu karena tujuan penciptaanya sebagai pesuruh Allah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa ada makhluk berakal lain selain ketiga makhluk ini.

Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas.

Surah Al Hijr ayat 27 berisi:

وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ

"...dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas."— Al-Hijr 15:27

Dari ayat ini, Ulama berpendapat bahwa makhluk berakal yang dimaksud tidak lain adalah jin seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan: "Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah jin yang suka berbuat kerusuhan."

Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin.



Penciptaan Adam


Setelah Allah menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah mengumumkan para malaikatakan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat kepada Allah:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ

"Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"— Al-Baqarah 2:30

Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:

قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."— Al-Baqarah 2:30

Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang dibentuk sedemikian rupa. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna.



Kesombongan Iblis


Saat semua makhluk penghuni surga bersujud menyaksikan keagungan Allah itu, hanya Iblis dari bangsa jin yang membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama, dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena Iblis merasa diciptakan dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan asal usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati Adam seperti para makhluk surga yang lain.

Disebabkan oleh kesombongannya itulah, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari surga dan mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga kiamatkelak. Disamping itu, ia telah dijamin sebagai penghuni neraka yang abadi.

Iblis dengan sombong menerima hukuman itu dan ia hanya memohon kepada Allah untuk diberi kehidupan yang kekalhingga kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Iblis mengancam akan menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.



Pengetahuan Adam


Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka Allah memerintahkan malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan-Nya.

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Allah lah yang mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak nampak.

Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki akal yang dinamis. Sedangkan malaikat hanya memiliki akal yang statis sehingga hanya mengetahui hal-hal yang diajarkan langsung oleh Allah saja.



Adam Menghuni Surga


Adam diberi kesempatan oleh Allah untuk tinggal di surga dulu sebelum diturukan ke Bumi. Allah menciptakan seorang pasangan untuk mendampinginya. Adam memberinya nama, Hawa. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allahdari salah satu tulang rusuk Adam sebelah kiri sewaktu dia masih tidur sehingga saat dia terjaga, Hawa sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَـٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."— Al-Baqarah 2:35



Tipu Daya Iblis


Sesuai dengan ancaman yang diucapkan saat diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya, Iblis mulai berencana untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan damai dengan menggoda mereka untuk mendekati pohon yang dilarang oleh Allah kepada mereka.

Iblis menipu mereka dengan mengatakan bahwa mengapa Allah melarang mereka memakan buah terlarang itu karena mereka akan hidup kekal seperti Tuhan apabila memakannya. Bujukan itu terus menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi. Allah berfirman:

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖوَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

"Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."Al-Baqarah 2:36

Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa besar karenanya. Mereka lalu bertaubat kepada Allah dan setelah taubat mereka diterima, Allah berfirman:

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."Al-Baqarah 2:38



Adam dan Hawa turun ke bumi


Adam dan Hawa kemudian diturunkan ke Bumi dan mempelajari cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya.

Menurut kisah Adam diturunkan di (Sri Lanka) di puncak bukit Sri Pada dan Hawa diturunkan di Arabia. Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah setelah 40 hari berpisah. Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah daerah Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga. Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.



Kisah Qabil dan Habil


Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat anaknya dewasa, Adam mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak karena Iqlima jauh lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini kepada Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil lebih berhak menentukan pilihannya. Qabil sangat kecewa melihat kenyataan itu. Ia terpakasa menerima keputusan itu walau diam-diam hatinya tetap tidak mau menerima. Maka berlangsunglah pernikahan itu, Qabil dengan Labunda dan Habil dengan Iqlima.

Qabil berusaha memendam rasa kecewa dan sakit hatinya selama beberapa tahun, tetapi akhirnya ia tidak bisa menahan diri. Pada suatu hari Qabil mendatangi Habil yang berada di peternakannya. Iblis telah merasuki jiwanya. Pada saat Habil lengah, Qabil memukulnya dengan batu besar, tepat di kepala Habil. Habil pun mati. Sedang Qabil merasa kebingungan, ia tak tahu harus diapakan mayat saudaranya itu. Ia berjalan kesana kemari sambil membawa jenasah Habil. Ia merasa menyesal. Allah memberi petunjuk kepada Qabil melalui sepasang burung gagak. Sepasang burung gagak yang hendak berbebut untuk mematuk mayat Habil. Kedua burung itu bertarung sampai salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup lalu menggali lubang dengan paruhnya, kemudian memasukkan gagak yang mati ke dalam lubang itu dan menguburnya. Sesudah mengubur mayat Habil, Qabil masih merasa sangat kebingungan. Ia tidak berani pulang, rasa berdosa telah membuatnya ketakutan sendiri. Akhirnya Qabil melarikan diri menuju hutan.



Nabi Idris A.S

Genealogi


Idris adalah keturunan keenam dari Adam, silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut, Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainanbin Anusy bin Syits bin Adam. Menurut kitab tafsir, ia hidup 1.000 tahun setelah Adam wafat. Sedangkan dalam buku yang berjudul Qashash al-Anbiyya karya Ibnu Katsir dituliskan bahwa Idris hidup bersama Adam selama 308 tahun.



Biografi


Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu dan kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia. Dalam beberapa kisah dikatakan bahwa Idris sebagai nabi pertama yang mengenal tulisan, menguasai berbagai bahasa, ilmu perhitungan, ilmu alam, astronomi, dan lain sebagainya.

Menurut Ibnu Ishaq, Nabi Idris adalah orang yang pertama kali menulis dengan pena, menjahit baju dan memakainya, dan manusia yang mengerti masalah medis.

Dalam suatu kisah, terdapat suatu masa di mana kebanyakan manusia akan melupakan Allah sehingga Allah menghukum manusia dengan bentuk kemarau yang berkepanjangan. Nabi Idris pun turun tangan dan memohon kepada Allah untuk mengakhiri hukuman tersebut. Allah mengabulkan permohonan itu dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan ditandai turunnya hujan.

Nabi Idris diperkirakan bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk menegakkan agama Allah, mengajarkan tauhid, dan beribadah menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikutnya supaya selamat dari siksa dunia dan akhirat.

Ia dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia pilihan Allah sehingga Dia mengangkatnya ke langit. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat saat dia sedang berada di langit keempat ditemani oleh seorangmalaikat dan ia hidup sampai usia 82 tahun.



Penjelasan Qur'an dan hadits


Qur'an

Terdapat empat ayat yang berhubungan dengan Idris dalam Al-Qur'an, dimana ayat-ayat tersebut saling terhubung di dalam Surah Maryam (Maryam) dan Surah Al-Anbiya' (Nabi-nabi).

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا

وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

"...dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."— Maryam 19:56-57

وَإِسْمَاعِيلَ وَإِدْرِيسَ وَذَا الْكِفْلِ ۖ كُلٌّ مِّنَ الصَّابِرِينَ

وَأَدْخَلْنَاهُمْ فِي رَحْمَتِنَا ۖ إِنَّهُم مِّنَ الصَّالِحِينَ

'"...dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh."— Al-Anbiya' 21:85-86


Hadits
Dalam sebuah hadits, Idris disebutkan sebagai salah seorang dari nabi-nabi pertama yang berbicara dengan Muhammaddalam salah satu surga selama Mi'raj.

Diriwayatkan dari Abbas bin Malik:

"... Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, di sana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku), "Ini adalah Idris; berilah dia salammu." Maka aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia mengucapkan, "Selamat datang, wahai saudaraku yang alim dan nabi yang saleh." sebagai balasan salamnya kepadaku."— Sahih Bukhari 5:58:227

Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:

Ibnu Abbas berkata:

"Dawud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala."— Al-Hakim



Nasihat dan ajaran


Berikut ini adalah beberapa nasihat dan untaian kata mutiara Nabi Idris.

Kesabaran yang disertai iman kepada Allah (akan) membawa kemenangan.

Orang yang bahagia adalah orang yang waspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal salehnya.

Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa, maka ikhlaskanlah niatmu. Demikian pula (untuk) puasa dansalatmu.

Janganlah bersumpah palsu dan janganlah menutup-nutupi sumpah palsu supaya kamu tidak ikut berdosa.

Taatlah kepada rajamu dan tunduklah kepada pembesarmu serta penuhilah selalu mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.

Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.

Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.

Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya, seseorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.







Nabi Nuh A.S


Genealogi


Dalam periwayatan agama Islam, nabi Nuh merupakan nabi ketiga sesudahAdam, dan Idris. Ia termasuk dalam generasi kesepuluh umat manusia atau keturunan kesembilan dari Adam melalui nabi Syits. Bapak nabi Nuh bernama Lamik bin Mutawasylah bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Ainusyi bin Syits bin Adam.



Dakwah


Sebelum mendapat tugas kerasulan, nabi Nuh merupakan seorang yang tekun, gemar bersyukur, dan beriman kepada Allah. Sementara itu, sebagian besar umat manusia di zamannya merupakan orang-orang kafir yang menganggap kedudukan sang nabi tidak lebih terhormat dibanding diri mereka. Kaum kafir tersebut tidak mau memandang nabi Nuh sebagai sosok nabi oleh sebab mereka mempunyai lebih banyak harta maupun anak-anak, Menghadapi tantangan semacam ini, nabi Nuh tetap bertekun menyampaikan risalah Allah supaya kaumnya beriman kepada Allah serta supaya kaumnya meninggalkan penyembahan dewa-dewa, selain itu nabi Nuh memperingatkan adanya ancaman dari Allah bahwa akan ada malapetaka dahsyat apabila kaum tersebut tidak mau meninggalkan kebiasaan keji yang diwarisi dari para leluhur.

Kaum yang dihadapi nabi Nuh merupakan salah satu generasi manusia yang diberi umur panjang serta dilimpahi kemakmuran juga dianugerahi perawakan tubuh yang jauh lebih perkasa daripada generasi manusia pada zaman sekarang. Kemakmuran duniawi di generasi nabi Nuh menimbulkan sikap angkuh serta sikap sewenang-wenang memandang diri sebagai golongan terkuat dan berkuasa, yang kemudian berujung pada keengganan serta kecongkakan untuk mengakui Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa maupun Yang lebih berwenang atas hidup mereka. Allah menyebut kaum Nuh sebagai kaum paling rusak di muka bumi.

Nabi Nuh sangat bertekun untuk mendakwahkan risalah Allah ke berbagai tempat di muka bumi. Baik siang dan malam, nabi Nuh berkeliling sambil berdakwah kepada agar kaumnya bersedia menuruti ajaran Allah yang disampaikan melalui dirinya. Tetapi kaum itu tidak menerima risalah-risalah tersebut, bahkan kaum itu menuduh nabi Nuh sebagai seorang pendusta. Hal ini membuat sang nabi berupaya dengan cara sembunyi-sembunyi untuk mengajak banyak orang menuruti risalah Allah. Walaupun demikian, kaum Nuh justru menuduh ia merasa iri terhadap kemewahan dan kekayaan mereka sehingga nabi Nuh dianggap membutuhkan harta benda mereka; akan tetapi nabi Nuh menegaskan bahwa ia sama sekali tidak menghendaki uang mereka sebagai upah sebab upahnya berasal dari Allah. Kaum kafir itu tetap berkeras melakukan tindakan keji, meski ada nabi yang berdakwah di tengah-tengah mereka.



Penolakan kaum Nuh


Perjuangan Nuh dalam menyampaikan risalah-risalah tidak disambut oleh kaumnya, akibat kaum itu hanya memperhitungkan derajat nabi namun tidak sedikitpun mau memperhatikan risalah-risalahnya. Kaum itu menilai nabi Nuh sebagai seorang yang menyimpang terhadap tradisi leluhur sehingga mereka menyebut ia sebagai orang sesat. Nabi Nuh membantah hal ini dengan pernyataan bahwa Allah yang telah mengutus ia sebagai seorang rasul supaya menyampaikan amanat-amanatNya sebagai nasihat-nasihat untuk mereka, bahwa nabi Nuh mengetahui ajaran Allah yang tidak diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi, kaum Nuh merasa ragu dan heran bahwa ada seorang pemberi peringatan tentang ajaran Allah dari kalangan mereka sendiri, oleh sebab mereka telah menganggap sosok nabi Nuh setara dengan manusia biasa. Kaum itu mempertanyakan pula mengapakah bukan sesosok malaikat, melainkan seorang manusia yang Allah utus kepada umat manusia; orang-orang kafir menganggap nabi Nuh hanya sebagai orang biasa yang hendak menduduki kedudukan paling dihormati dalam masyarakat, lalu mereka enggan mengakui kenabiannya bahkan menuduh Nuh membuat-buat risalahnya. Sewaktu mendengar tuduhan bahwa ajarannya adalah hasil karangan, Nuh menyatakan apabila ia yang mengarang sendiri risalah-risalah tersebut; tentulah ia akan membiarkan kaumnya berbuat sesuka hati dan ia takkan berupaya keras sampai siang dan malam untuk mengajak mereka ke Jalan yang dikehendaki Allah.

Sekalipun telah menegaskan bahwa ia adalah orang yang diperintah oleh Allah, kaum Nuh mencari dalih untuk menentang risalah-risalah tersebut. Kaum itu menilai para pengikut nabi Nuh merupakan orang-orang bodoh yang didoktrin oleh ajakan Nuh, serta menuduh para pengikut sang nabi merupakan orang-orang lemah, miskin dan bukan dari kalangan terpandang di kaumnya. Golongan kaya raya di kaum Nuh menuduh bahwa tiada seorangpun yang mengikuti ajaran Nuh selain orang-orang tak berwibawa yang lekas terbujuk. Nabi Nuh membela para pengikutnya dengan menyatakan bahwa Allah tidak memandang kedudukan manusia, sebab Allah sendiri yang menentukan kadar karunia untuk seluruh manusia. Nabi Nuh tidak mengetahui mengapa para pengikutnya bukan berasal dari kalangan kaya ataupun kalangan terhormat, sebab hal ini merupakan perkara ghaib yang berada pada sisi Allah. Oleh karena merasa tidak sederajat dalam hal kedudukan duniawi, kaum Nuh menuntut sang nabi supaya mengusir orang-orang rendahan dari kalangan pengikutnya.Hal ini ditolak oleh Nuh sebab orang-orang tersebut bersedia ikut kepada dirinya karena memiliki keimanan kepada ajaran yang berasal dari Allah, sedangkan tindakan mengusir orang-orang yang beriman merupakan tindakan berdosa yang bertentangan dengan kewajiban seorang nabi, yakni mengabarkan risalah serta mengajak siapapun supaya menerima seruan Allah.

Risalah yang disampaikan nabi Nuh tidak lain merupakan Kehendak Allah sebagai bukti rahmat Allah, Yang Maha Pengasih untuk umat manusia; supaya umat manusia tidak ditimpa Malapetaka melainkan diselamatkan apabila bersedia untuk berserah diri kepada Kehendak Allah, sehingga Allah melindungi segala yang berserah dalam kuasa KehendakNya. Sebaliknya, jika manusia tersebut mengabaikan, meremehkan, bahkan sewenang-wenang melawan Kehendak Allah; maka Yang Maha Kuasa berhak menyingkirkan ataupun melenyapkan makhluk yang tidak pantas hidup di langit maupunbumiNya. Sikap penolakan kaum Nuh serupa keadaan Iblis yang diusir dari surga akibat Iblis secara terang-terangan berani melawan Kehendak Allah sewaktu Iblis diperintah bersujud terhadap Adam.

Nabi Nuh berjuang keras mengajak kaumnya bertobat serta beriman kepada Allah supaya Allah mengampuni dosa-dosa mereka, melimpahkan rahmat dan menghindarkan mereka menghadapi Malapetaka dahsyat. Namun orang-orang kafir tersebut mempertanyakan bahwa ajaran-ajaran yang disampaikan nabi Nuh tidak pernah ada dari leluhur mereka, sehingga mereka menuduh ajaran Nuh adalah sesat. Kaum Nuh menantangnya untuk seketika mendatangkan azab yang telah ia sebut-sebut; nabi Nuh menjawab bahwa Allah yang berhak menimpakan azab, bukan dirinya; sebab seorang nabi diperintah menyampaikan risalah beserta peringatan. Kegigihan nabi Nuh dalam berdakwah tidak berhenti meski telah didustakan berulang-ulang. Bahkan Nuh dituduh sebagai orang gila yang pergi kesana-kemari untuk mengajak orang lain turut menjadi gila. Kemudian kaumnya menyerukan ancaman rajam apabila ia tidak mau menghentikan dakwah tersebut. Nabi Nuh tidak lekas takut terhadap ancaman ini, dengan berbalik menantang mereka melaksanakan ancaman itu terhadap dirinya. Pada akhirnya kaumnya memutuskan berpaling terhadap nabi Nuh.

Selama bertahun-tahun berdakwah di berbagai tempat untuk mengabarkan berbagai risalah, nabi Nuh mendapati sebagian besar umat manusia pada zaman itu merupakan orang-orang yang berkeras diri dalam kekafiran. Mereka berusaha lari menghindar walaupun Nuh tetap mengejar sambil menyampaikan berbagai risalah, tatkala orang-orang itu telah mengingkar dan muak, mereka menutup kedua telinga dengan ujung jari agar tidak mendengar ajakan Nuh. Orang-orang kafir tersebut lebih memilih mempercayai ajaran dari kalangan terpandang menurut mereka daripada mempercayai risalah Allah melalui seorang nabi. Berbagai penentangan ini membuktikan keangkuhan serta keengganan kaum Nuh untuk merendah diri serta menerima pengajaran Allah; akibat kaum itu berlaku angkuh dan bersikap meninggikan diri supaya tidak disebut sederajat dengan orang-orang rendahan di mata mereka ataupun supaya tidak menjadi bawahan Nuh, seorang yang tidak lebih terhormat menurut kaum itu. Namun kaum Nuh secara tak sadar telah melawan Kehendak Allah, kaum itu juga tidak menghargai kedudukan Allah yang mengirimkan risalah melalui Nuh, bahkan kaum itu secara berani merendahkan kedudukan hamba Allah yakni nabi Nuh, yang pada akhirnya membuktikan bahwa kaum Nuh menolak diselamatkan oleh Allah. Penentangan ini serupa dengan Iblis sewaktu menolak kehendak Allah supaya bersujud terhadap Adam, dengan alasan bahwa Adam lebih rendah kedudukannya menurut Iblis.

Berbagai penolakan kaum kafir yang sewenang-wenang menentang risalahnya membuat nabi Nuh memikirkan cara lain, yakni berdakwah kepada generasi penerus dari kaum kafir tersebut. Walaupun demikian, terdapat tindakan keji diperbuat oleh generasi pada zamannya yakni mengadakan sumpah larangan menyembah kepada selain dewa-dewa mereka; larangan ini yang diwariskan secara turun-temurun sehingga kaum Nuh melarang seluruh keturunan mereka untuk menyembah Allah sampai selama-lamanya. Tindakan keji ini mengakibatkan dari generasi ke generasi pada zaman Nuh menolak mengakui Allah, yang berakibat banyak generasi hidup sesuka hati di muka bumi tanpa aturan dari Allah. Keadaan ini mengecewakan Allah, sebab kehidupan di muka bumi telah rusak dan perilaku umat manusia menjadi tanpa kendali. Kesedihan juga dirasakan pula oleh nabi Nuh, sebab hal ini menjadikan perjuangan dakwahnya selama ini seakan berakhir sia-sia.



Pengaduan Nuh


Nabi Nuh mengalami duka cita mendalam terhadap kekafiran maupun sikap keras kepala kaumnya yang berlangsung turun-temurun meskipun ia telah berusaha sekuat tenaga selama bertahun-tahun untuk membimbing kaum itu supaya bertobat dan berserah diri kepada Allah. Nabi Nuh meratapi nasib kaumnya kemudian ia mengadu kepada Allah:

Ayat 21

قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا

Ayat 22

وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا

Ayat 23

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

Ayat 24

وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا ۖ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا

Ayat 25 م

ِّمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُم مِّن دُونِ اللَّـهِ أَنصَارًا

Nuh berseru, "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah menuruti orang-orang yang harta maupun anak-anaknya tidak menambah apapun melainkan kejahatan belaka, dan mereka melakukan tipu daya yang keterlaluan. dan mereka telah berpesan, "Jangan pernah sekalipun kamu meninggalkan (penyembahan) dewa-dewa kamu dan jangan pernah pula kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaguts, Ya'uq dan Nasr." dan sesudahnya mereka telah menyesatkan banyak (manusia), dan janganlah Engkau tambahkan terhadap orang-orang yang lalim itu selain kesesatan. disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke Neraka, maka tiada penolong untuk mereka selain dari Allah."— Nuh 71:21-25

Dalam kepedihan kalbu, nabi Nuh memohon Allah supaya tidak meluputkan seorang pun dari generasi-generasi kafir itu bertahan hidup di muka bumi, melainkan melenyapkan seluruh orang kafir itu; sebab orang-orang kafir itu telah berani menantang azab Ilahi yang diancamkan kepada mereka. bahkan generasi-generasi tersebut akan seterusnya menjadi makhluk-makhluk yang rusak di muka bumi; sehingga Allah Yang Maha Kuasa dapat mengganti umat tak berkenan bagiNya dengan umat yang lebih baik. Pengaduan ini dikabulkan oleh Allah.



Bahtera Nuh


Allah memerintahkan nabi Nuh mendirikan sebuah bahtera sebagai tempat perlindungan menghadapi air bah yang akan menenggelamkan seisi bumi serta melenyapkan segala makhluk di muka bumi. Nabi Nuh juga diperintahkan supaya berhenti meratapi perilaku keji kaumnya. Ketika Nabi Nuh bersama para pengikutnya sedang mendirikan bahtera, banyak orang dari pemimpin kaumnya yang menertawakan dan mencela: "Dahulu ia mengaku sebagai seorang nabi, sekarang ia hanya seorang tukang kayu yang sinting" maka nabi Nuh menjawab, "Jika sekarang kalian mencela kami, kelak kami akan membalas celaan kalian itu sebagaimana sekarang kalian mencela."

Setelah bahtera selesai dibangun, Allah memerintahkan nabi Nuh menempatkan berbagai jenis hewan secara berpasang-pasang ke dalam bahtera tersebut supaya menyelamatkan keberlangsungan hewan-hewan tersebut di muka bumi. Selain itu, Allah memerintahkan seluruh penghuni bahtera memuja-muji seraya berdoa kepada Allah selama berada dalam bahtera tersebut. Orang-orang yang turut dalam bahtera, hanyalah Nuh dan para pengikutnya yang berjumlah sedikit, namun mereka inilah para leluhur ras manusia sebagai golongan pewaris kuasa, yang kemudian menjadi berbangsa-bangsa di muka bumi.



Bencana banjir bah


Badai yang sangat lebat disertai luapan air dari dalam tanah selama berhari-hari menyebabkan permukaan bumi hilang tersapu air dan melenyapkan segala makhluk hidup terkecuali para penghuni dalam bahtera Nuh. Air bah bahkan menutupi seluruh permukaan bumi; baik bukit maupun pegunungan tidak luput tenggelam terhadap terjangan ombak yang menjulang tinggi. Ketika air hampir menenggelamkan seluruh permukaan bumi, Nuh mendapati salah satu putranya, Kan'an, sedang mencari perlindungan terhadap air bah dengan berlindung ke sebuah puncak gunung. Kan'an sejak semula tidak percaya terhadap ajaran sang ayah, dan Kan'an justru memilih ikut dengan generasi-generasi pembangkang yang dibinasakan. Didasari rasa sayang terhadap sang anak, Nuh memanggil-manggil anak itu supaya masuk kedalam bahtera, namun anak itu justru berlari menghindar lalu anak itu turut ditumpas bersama kaum kafir tersebut. Nabi Nuh hendak meminta pengampunan untuk anaknya, namun Allah menegur supaya nabi tidak melakukan hal ini.

Setelah air bah surut, Allah menempatkan bahtera Nuh berlabuh di bukit Judi, kemudian nabi Nuh beserta seisi makhluk hidup penghuni bahtera diselamatkan supaya meneruskan keberlangsungan makhluk hidup di muka bumi. Allah juga memberkahi nabi Nuh beserta keturunan dari orang-orang yang menghuni bahtera tersebut. Allah menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran untuk seluruh umat manusia, sebab umat manusia mengalami hal serupa, sebagian besar manusia memandang diri mereka dan agama mereka sendiri sebagai kebenaran sejati, sehingga sulit menerima cara pandang dan kebenaran menurut Allah; maka sebagian besar manusia akan berada dalam kesesatan kemudian tenggelam dalam neraka, sementara itu hanya orang-orang tertentu yang sanggup memandang sebagaimana cara pandang Allah sehingga mengorbankan pandangan diri sendiri supaya berkenan untuk Allah dan layak sebagai penghunisurga.

Setelah kejadian banjir bah, Nuh masih hidup selama 300 tahun bahkan masih sempat mendidik nabi Ibrahim serta mewariskan risalah Allah kepadanya.

Komentar